Kamis, 27 Oktober 2016

Penyakit Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Moler atau Mozaik

Trichoderma sp. merupakan salah satu mikrobia (jamur) yang secara alami ada di dalam tanah, terutama di daerah perakaran tanaman (rhizosfer), tumbuh dengan cepat, dan bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Dengan demikian dapat dimanfaatkan sebagai pengendali jamur-jamur patogen tanaman.
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) seringkali bergejala layu dan moler. Patogen penyebab layu dan moler adalah Fusarium oxysporum f.sp. cepae yang menginfeksi lewat perakaran dan umbi. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga bawang-bawangan dan dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif benomil, mankozeb, dan propineb dengan konsentrasi 0.1%. Namun, untuk menuju pertanian berkelanjutan dan untuk mendapat produk umbi yang berkualitas lebih baik, Trichoderma sp. efektif mengurangi persentase dan intensitas penyakit layu dan moler di lapangan.
Cara penggunaan Trichoderma sp. ialah diberikan secara merata pada tanah, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Sebaiknya satu minggu atau dua minggu sebelum pupuk kandang digunakan di lahan, pupuk kandang sebanyak 20--50 kg dicampuri Trichoderma sp. sebanyak 100 g. Selanjutnya, campuran pupuk kandang dan Trichoderma sp. didiamkan selama 1-2 minggu di tempat yang teduh dan lembab, kemudian baru disebarkan di lahan sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha lahan yang akan ditanami bawang merah.
Manfaat dan keunggulan Trichoderma sp. adalah memberikan dampak positif pada patosystem tanaman, membuat periode inkubasi penyakit menjadi lebih lambat, menurunkan intensitas penyakit, menurunkan kerapatan populasi patogen di dalam tanah, mudah cara penggunaannya, tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, baik di dalam tanah maupun pada aliran air sehingga aman bagi lingkungan, aman bagi manusia dan hewan piaraan, tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman, dan sangat sesuai digunakan sebagai komponen pertanian organik.
Sumber: Badan Litbang Pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar