Kamis, 27 Oktober 2016

Gairah petani DADAHUP mengembangkan bawang Merah di tahun 2016.

Tanaman Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia, berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis. Umbi bawang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk bumbu dapur
Menurut Direktur Jenderal Holtikultura Kementan, Spudnik Sujono Kamino. Sebelumnya dia pernah mengatakan, hasil produksi bawang merah dari petani tidak seluruhnya didistribusikan ke pasar oleh para pedagang. Dengan kata lain, telah terjadi penimbunan.hal inilah yg mnejadi persoalan dalam hal ketersediaan produk di pasar dan terjadi permainan hargaPemerintah tengah mencari solusi untuk menstabilkan kembali harga bawang merah di pasar.
Pada tahun 2016 pengembanga bawang merah di arahkan untuk areal di luar P jawa. Pulau kalimantan menjadi sasarannya, di kab kapuas memperoleh program pengembangannya.

Sentra cabai rawit sekarang ini di Dadahup kabupaten Kapuas kalimantan Tengah

Sentra tanaman cabai rawit adalah di Kec Dadahup Kab Kapuas kalimantan Tengah.Terutama di UPt dadahup A7, C3, A4,dan A5.Adapun varietas tanaman cabai yg di budidayakan antara lain: Taruna, mahameru, Amoy, dan dewata.Panen raya terjadi pada kisaran bulan Agustus hingga Pebruari.
Sebagai solusi atas kekhawatiran menurunnya produksi cabai besar nasional adalah penggunaan benih cabai unggul yang memiliki produktivitas tinggi meskipun ditanam pada musim kering. Cabai Taruna memiliki potensi produksi hingga 10 ton/ha jauh di atas rata-rata produktivitas cabai nasional. Potensi produksi optimal tersebut dapat tercapai baik ketika dibudidayakan di dataran rendah dan menengah. Buah cabai taruna memiliki daging merah dan tebal, biji terisi penuh sehingga rasanya sangat pedas, tidak mudah susut dan tahan terhadap pengangkutan jarak jauh. Taruna juga memiliki buah besar dan keras sehingga walaupun di musim kering bisa menghasilkan hingga 10 ton /ha.
"Melalui penyediaan benih unggul dan pembinaan kepada petani kami optimistis mampu membantu mendorong produktivitas cabai di kab Kapuas kalimantan Tengah Hal ini juga selaras dengan misi Pemerintahan Ben-Jirin untuk menyediakan produk pertanian yang meningkat produksinya dan berkualitas tinggi agar dapat meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani dan memperbesar konsumsi sayuran," tutup TEGUH SETIO UTOMO,SP,ME.

Teknologi pasca panen bawang merah di kab Kapuas Kalimantan Tengah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya sebagai bumbu masak yang dibutuhkan sehari-hari maupun dari nilai ekonominya yang tinggi. Budidaya bawang merah yang dilakukan petani di kab Kapuas propinsi kalimantan Tengah umumnya belum menerapkan sepenuhnya kaidah budidaya yang benar. Hal ini mengakibatkan usaha agribisnis bawang merah belum memberikan hasil yang optimal bagi petani bawang merah. Oleh sebab itu perbaikan cara-cara budidaya mulai dari persiapan lahan, penerapan teknik budidaya, perbaikan penanganan panen dan pascapanen, prosessing, dan pemasaran perlu dilakukan agar hasil panen bawang merah mempunyai nilai tambah, menghasilkan produk yang bermutu dan berdaya saing. Kegiatan Pascapanen Bawang merah
1. Pelayuan dan pengeringan
Setelah bawang merah di panen tindakan yang harus segera dilakukan adalah pelayuan dan pengeringan. Hal ini mencegah kerusakan umbi akibat busuk atau serangan penyakit. Cara yang dapat ditempuh untuk mengeringkan bawang merah yaitu dengan penjemuran dan menggunakan teknologi sistem pengeringan dan penyimpanan (Instore Drying).
2. Pengeringan
Cara pengeringan bawang merah yang dilakukan petani adalah dengan menjemurnya di bawah matahari. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan dengan posisi umbi bawang di bawah dan daun diatas, dalam keadaan demikian, daun akan mendapat panas matahari langsung dan akan mengalami pengeringan lebih dulu. Pengeringan dengan penjemuran ini ada kelemahannya, untuk menjemur bawang merah diperlukan tempat terbuka yang cukup luas. Disamping itu jika panen dilakukan kebetulan musim hujan sehingga penjemurannya tidak dapat dilakukan dengan sempurna maka dapat menyebabkan infeksi bakteri pembusuk sehingga bawang yang dihasilkan mutunya rendah, dan tidak dapat disimpan lama.
3. Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan
Agar proses pengeringan dapat berjalan terus tanpa terkendala cuaca dan tidak memerlukan tempat yang terlalu luas maka Balai Besar Pascapanen menggunakan suatu teknologi sistem pengeringan-penyimpanan (Instore Drying), dimana dalam sistim ini kondisi ruang dapat diatur sesuai dengan kondisi optimum untuk proses pengeringan - penyimpanan bawang. Ukuran bangunan penyimpanan 6 m panjang x 6 m lebar x 3 m tinggi dapat menampung 5 – 10 ton. Atap bangunan terdiri dari fibre glass transparan yang dilengkapi dengan aerasi udara (ballwindow), dinding bangunan dari fibre glass, rak pengering – penyimpanan berupa rak gantung yang dibuat dari bambu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengeringan bawang merah dengan Instore Drying dapat dilakukan dalam waktu 3 hari. Hal ini berarti pengeringan bawang merah dengan Instore Drying lebih cepat jika dibandingkan pengeringan cara petani(penjemuran) yang bisa mencapai 9 hari. Selain itu pengeringan dengan Instore Drying juga tidak menyebabkan kerusakan yang berarti yaitu hanya berkisar antara 0,24%-0.72% jauh lebih bila dibandingkan dengan penjemuran, dimana kerusakannya bisa mencapai 1,68%.
4. Pembersihan dan Sortasi
Pembersihan bawang merah adalah kegiatan menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah dan akar serta memperoleh umbi yang berkualitas baik. Sedangkan kegiatan sortasi dilakukan untuk memisahkan antara umbi yang baik (bernas, tidak cacat fisik atau busuk, berukuran seragam) dengan umbi yang jelek, rusak atau busuk.
5. Penyimpanan
Umumnya para petani bawang menyimpan bawang merah dengan menggantung ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur, namun jumlah bawang yang dapat disimpan dengan cara ini terbatas, tergantung seberapa luas dan seberapa besar tempat di atas perapian dapur. Untuk jumlah bawang yang banyak dibutuhkan ruang penyimpanan yang lebih luas dengan kondisi bersih, kering dan tidak lembab dengan ventilasi yang baik dan cukup banyak sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruang dengan baik. Suhu yang baik untuk penyimpanan bawang merah adalah 30-340C dan kelembaban 65-75%.

Jerami mulsa organik, sangat baik untuk Bawang Merah di Kab Kapuas.

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, yaitu daerah sekitar India, Pakistan sampai Palestina (Rahayu, Berlian, dan Sundaya, 2005). Bawang merah sangat banyak manfaatnya, baik digunakan sebagai sayuran rempah, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena mengandung asam amino Alliin yang berfungsi sebagai antibiotik (Kuettner, 2002). Selanjutnya Rukmana (2001) menambahkan bahwa hingga sekarang bawang merah digunakan untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, dan gigitan serangga serta juga sebagai bumbu penyedap makanan. Hal ini disebabkan karena bawang merah mempunyai efek antiseptik dari senyawa Alliin dan Allisin. Senyawa Alliin maupun Allisin oleh enzim Allisiin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan Allisin antimikroba yang bersifat bakterisida.
Mulsa ada dua jenis yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa organik adalah mulsa yang berasal dari sisa panen, tanaman pupuk hijau atau limbah hasil kegiatan pertanian, yang dapat menutupi permukaan tanah. Seperti jerami, eceng gondok, sekam bakar dan batang jagung yang dapat melestarikan produktivitas lahan untuk jangka waktu yang lama. Mulsa organik berupa mulsa plastik hitam dan perak (Lakitan, 1995).
Mulsa Jerami kaya akan unsur hara yang dibutuhkan tanaman yaitu K, Al, dan Mg. Begitu juga dengan pelapukan bahan organik akan membebaskan sejumlah senyawa penyusunnya, terutama mengandung C, N, S dan P. Dengan terjadinya pelapukan mulsa jerami proses dekomposisi akan mudah terurai. Sebagian besar membebaskan 20-30 g karbon dalam bentuk CO2 sisanya digunakan untuk jasad renik (Purwowidodo, 1999).

Penyakit Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Moler atau Mozaik

Trichoderma sp. merupakan salah satu mikrobia (jamur) yang secara alami ada di dalam tanah, terutama di daerah perakaran tanaman (rhizosfer), tumbuh dengan cepat, dan bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Dengan demikian dapat dimanfaatkan sebagai pengendali jamur-jamur patogen tanaman.
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) seringkali bergejala layu dan moler. Patogen penyebab layu dan moler adalah Fusarium oxysporum f.sp. cepae yang menginfeksi lewat perakaran dan umbi. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga bawang-bawangan dan dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif benomil, mankozeb, dan propineb dengan konsentrasi 0.1%. Namun, untuk menuju pertanian berkelanjutan dan untuk mendapat produk umbi yang berkualitas lebih baik, Trichoderma sp. efektif mengurangi persentase dan intensitas penyakit layu dan moler di lapangan.
Cara penggunaan Trichoderma sp. ialah diberikan secara merata pada tanah, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Sebaiknya satu minggu atau dua minggu sebelum pupuk kandang digunakan di lahan, pupuk kandang sebanyak 20--50 kg dicampuri Trichoderma sp. sebanyak 100 g. Selanjutnya, campuran pupuk kandang dan Trichoderma sp. didiamkan selama 1-2 minggu di tempat yang teduh dan lembab, kemudian baru disebarkan di lahan sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha lahan yang akan ditanami bawang merah.
Manfaat dan keunggulan Trichoderma sp. adalah memberikan dampak positif pada patosystem tanaman, membuat periode inkubasi penyakit menjadi lebih lambat, menurunkan intensitas penyakit, menurunkan kerapatan populasi patogen di dalam tanah, mudah cara penggunaannya, tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, baik di dalam tanah maupun pada aliran air sehingga aman bagi lingkungan, aman bagi manusia dan hewan piaraan, tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman, dan sangat sesuai digunakan sebagai komponen pertanian organik.
Sumber: Badan Litbang Pertanian.

Semangka disela Kelapa Sawit, sangat menguntungkan di Kabupaten Kapuas Kalteng.

Minggu, 16 Oktober 2016

PUPUK MAJEMUK DIMANFAATKAN PETANI BASARANG KAB KAPUAS DALAM BUDIDAYA SAYURAN

Petani yg bernama Eko dari ds tarung Manuah Kec basarang Kab Kapuas menggunakan pupuk majemuk NPK Yara Mila dalam usaha Budidaya sayuran. hal ini sesuai dengan fasilitasi bantuan dr pemerintah melll dinas Pertanian TPH Kab kapuas.

Usahatani Bawang Merah di lahan pasang surut Kab Kapuas Kalteng

Kamis, 06 Oktober 2016

CARA SEDERHANA BIKIN PUPUK ORGANIK CAIR

CARA SEDERHANA BIKIN PUPUK ORGANIK CAIR
Membuat pupuk organik sangatlah mudah kita bisa membuat pupuk organik cair tersebut, sehingga kita tidak usah membeli dengan harga yang cukup mahal. begini caranya:
ALAT DAN BAHAN:
1. Jerigen / Drum
2. Bahan cair: Urine/ limbah cucian ikan/ cucian daging dll
3. Bahan padat: Kotoran sapi, kambing, unggas .
4. Bahan hijauan: Tanaman Legume (gliricide, lamtoro, rumput wedusan dll) dan tanaman pakis-pakisan.
5. Tetes tebu/ gula pasir/ gula jawa
6. Buah busuk: pepaya, nangka, pisang, semangka dll
7. Bacteri pengurai: EM4, M bio, simba dll
8. Abu: Abu dapur, abu sekam dan abu daun bambu
CARA:
1. Siapkan drum/ jerigen bersihkan jika kotor.
2. Masukkan semua bahan, komposisi bahan sebaiknya cair 70 % dan padat 30 %.
3. Aduk-aduk lalu tutup rapat (karena proses ini menggunakan bacteri anaerob)
4. Tiap 3 hari sekali harus dibuka dan di aduk-aduk
5. Setelah 1 bulan pupuk organik cair siap digunakan (tanda-tanda jadi yaitu bau tidak menyengat dan warna cairan dan bahan hitam kecoklatan) TEKNIK PENGGUNAAN:
1. Saring larutan menggunakan kain.
2. Smprotkan ketanaman dengan konsentrasi 1 gelas 200ml/ tangki semprot.
3. Ampasnya bisa dikeringkan dan gunakan sebagai pupuk organik padat.
4. Semprotkan di bagian bawah daun pad pagi atau sore hari.